Menkominfo: 1.000 Tentara Cyber Bukan untuk Buzzer

Jakarta - Ide melahirkan 1.000 kandidat pasukan cyber security lewat program Born to Control menuai kontroversi. Beberapa pihak ada yang menganggap program yang digaungkan Kominfo itu untuk mengontrol postingan di media sosial.

Namun Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memastikan program Born to Control bukan untuk mengontrol masyarakat. Tapi lebih untuk mengamankan Indonesia dari serangan cyber dari luar negeri.

"Serangan cyber ke Indonesia sangat luar biasa. Tahun 2015 ada 28 juta serangan. Ini tidak bisa didiamkan," ujar Rudiantara saat menyampaikan keynote di peluncuran program Born to Control di Gedung Kominfo, Jakarta, Senin (30/11/2017).

Sayangnya Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia yang handal untuk menangkal semua itu, terutama untuk kalangan industri.

"Jadi Born to Control bukan merekrut buzzer. Sekarang banyak orang pake bot, masa kita mau rekrut buzzer," kata pria yang kerap disapa Chief RA ini sembari bercanda.

Di tempat yang sama, Chairman Program Born to Control Eva Noor menjelaskan lebih rinci mengenai program ini. Born to Control bertujuan untuk mencari bakat di bidang cyber security.

Sebanyak 10 ribu orang yang akan direkrut. Mereka akan dijadikan ahli teknologi informasi yang dapat terjun langusung ke industri.

"Dari 10 ribu akan diseleksi menjadi seribu. Lalu diseleksi kembali menjadi 100 orang. Kami akan memberikan training agar mereka siap terjun ke industri," jelas Eva.

Pihak Born to Control akan mengelar roadshow di 10 kota yakni Jakarta, Yogyakarta, Palembang, Medan, Samarinda, Denpasar,Manado, Bandung, Makassar dan Malang.

Untuk pendaftaran sendiri dilakukan lewat website. Peserta yang diperbolehkan ikut minimal berumur 17 tahun.
untuk lebih jelasnya bisa di cek langsung di website Born_to-Control 

Related

News 2048117022111050873

Posting KomentarDefault Comments

emo-but-icon

Hot in week

Comments

item
kabartobi